Cerita mesum di sekolah
"Elu! Ke sini!" perintah laki-laki
itu kepada Anthony. Dengan
ragu-ragu Anthony melangkah
mendekati pria tersebut. "Elu
juga!"
Melyana terkejut setengah mati mendengar perintah itu
ditujukan kepadanya. "a takut
sekali. Lagipula siapa yang tidak
takut menghadapi pria yang
memegang senjata api.
Dengan enggan Melyana mendekati pria itu dan berjalan
menuju ke tempat Anthony
berdiri.
"Elu pacarnya die, kan ?"
tanyanya kepada mereka
berdua. "Bukan, pak. Dia pacar teman
saya yang itu, " kata Anthony
sambil menunjukku.
Jantungku berdebar kencang
melihat tatapan bengis mata
pria ini. Lalu tiba-tiba tatapan bengisnya berubah. Aku tak
tahu apa isi tatapannya itu.
"Siapa nama elu?"
"Melyana,O "
Pria itu kemudian
mengisyaratkan Anthony untuk menjawab pertanyaan yang
sama. "Anthony, " jawabnya
singkat.
Kemudian kepadaku, yang
kujawab "Markus."
"Bagus. Sekarang," katanya sambil berjalan meninggalkan
Melyana dan Anthony pria itu
menghampiriku dan lanjutnya,
"Anthony, buka semua baju
elu!"
Anthony hanya bengong seakan tak percaya perintah pria ini.
Setelah pria itu mengacungkan
senapannya ke wajah Anthony,
ia mulai menanggalkan baju,
kemudian celana panjang.
Sesaat Anthony ragu untuk melepaskan celana dalamnya,
mengingat Melyana ada di
sebelahnya, namun setelah
mendapat ancaman dari pria itu
Anthony mulai melepaskan
celana dalamnya. Aku terkesima melihat tubuh
Anthony yang atletis. Dan tak
kusangka Melyana, pacarku
sendiri, pun terlihat melirik
sesekali untuk melihat tubuh
Anthony yang kini telanjang. "Elu suka Melyana??" tanyanya
kepada Anthony.
"Ya. Tidak. Eh.. maksud saya ya,
dia teman saya."
"Iye gue juga tau die teman lu,
goblok! Maksud gue apa elu suka secara sexual sama die?"
Beberapa detik setelah itu
hening tidak ada jawaban dari
Anthony, namun akhirnya ia
menjawab ragu, "Tidak."
"Hahahaha! Jawaban macam apa tuh?!? Mana ada lelaki yang ga
suka main sex sama perempuan
muda? Elu ga lihat teman elu, si
Melyana ini begitu manis dan
bodynya sexy?"
"Melyana teman saya dan lagipula dia sudah punya pacar."
"Terus kenapa? Apakah dengan
begitu elu ga boleh suka die
secara sexual??"
"Itu tidak baik, pak."
"Kurang ajar lu!!! Berani bohong sama gue??!? Gue, si Narto,
paling ga suka kalo dibohongin!!
Udah gue bilang mana mungkin
ada lelaki yang ga suka main
sex sama perempuan kaya si
Melyana ini?" Wajah Melyana menjadi merah
mendengar semua percakapan
ini. Jantungnya berdebar
karena merasa tidak enak
menjadi bahan perdebatan.
"Maaf, pak. Saya sungguh tidak dapat melakukannya."
"Melakukan apa? Emangnya gue
suruh elu ngapain?!? Baik, kalau
elu bersikeras ngebohongin gue,
elu akan merasakan akibatnya."
"Sekarang elu, Anthony, buka baju si Melyana!"
Perintah itu bagai halilintar di
siang hari bolong bagi kami
semua. Mata Melyana terbelalak
sedangkan Anthony hanya
terdiam. Wajahnya menghadap ke tanah.
"a tidak berani memalingkan
wajahnya kepadaku atau ke
pria yang memanggil dirinya
Narto itu, apalagi kepada
Melyana. "OK! Gue hitung sampai 3. Kalau
elu masih ga mau membukanya,
makan saja peluru dari pistol
gue ini!"
"Satu!!"
Anthony menjadi gelisah. Sedangkan Melyana menjadi
semakin tidak enak. "a berada di
posisi yang terjepit. Di satu sisi
ia tak ingin Anthony ditembak,
namun di sini lain ia pun tak
mengijinkan orang lain terutama lelaki yang bukan suaminya
melucuti pakaiannya.
"Dua!!!"
"Masih keras kepala, he??"
katanya sambil mengokang
senjatanya. Anthony akhirnya membalik
badannya menghadap kepadaku
dan berkata, "Sorry, Kus. Gue
ga ada pilihan lain."
Kemudian dia berhadap-
hadapan dengan Melyana. "Sorry, yah. Gue ga berniat
melakukan ini semua."
Melyana tidak tahu harus
menjawab apa, namun ia pun
terkejut mendengar kata-kata
yang keluar dari mulutnya, "Ga apa-apa kok."
Tangan Anthony mulai
melepaskan kancing baju
Melyana satu persatu.
Tangannya gemetar sehingga
membuat proses pembukaan ini berjalan begitu lama.
"Nahhh, gitu! Kalo disuruh
mending nurut aja!" seru Narto
girang.
Dalam proses membuka kancing
baju Melyana itu, aku lega mendapati Anthony berusaha
berlaku sesopan mungkin. "a
menjaga agar jari-jarinya tidak
menyentuh tubuh Melyana,
terutama bukit dadanya. Namun
demikian hal ini tidak dapat membuat keadaan menjadi lebih
baik buat Melyana.
Setelah semua kancing sudah
terbuka, Anthony melepaskan
kemeja tersebut dari tubuh
Melyana. Payudara Melyana yang masih tertutup BH kini
terekspos kepada kami semua.
Melyana menutupi dadanya
dengan kedua tangannya.
"Melyana!! Siapa yang suruh elu
nutupin tetek elu?!?" Kata-kata itu cukup untuk
membuat Melyana
mengurungkan niatnya
tersebut lalu menaruh kedua
tangannya di samping tubuhnya.
"Anthony, sekarang elu cium bibir Melyana."
Merasa percuma saja melawan
perintah pria ini, Anthony
mendekatkan wajahnya ke
wajah Melyana. Melyana
menarik nafas dalam sebelum bibir Anthony menyentuh
lembut bibirnya. Melyana tidak
memejamkan matanya
melainkan melirik ke lantai
sebelah kirinya pada saat bibir
Anthony menyentuh dengan lembut bibirnya. Anthony
menahan posisinya selama
beberapa detik sebelum pria ini
protes.
"Mana ada ciuman kaya
begitu?!? Nih liat gue contohin!" Sedetik kemudian Narto sudah
berada di hadapan Melyana dan
langsung tangan kirinya
merangkul pinggang Melyana
dan menariknya sehingga buah
dada Melyana menekan dadanya. Tiba-tiba bibir Narto
sudah melumat bibir Melyana
penuh birahi sehingga membuat
Melyana megap-megap.
"ngin sekali kutendang Narto
dari belakang. Namun melihat tangan kanannya yang
memegang pistol dan terlihat
selalu siaga sehingga dapat
menembak kapan pun ia mau,
aku mengurungkan niat
nekadku itu. Sekitar 1 menit berciuman,
barulah Narto melepaskan bibir
Melyana dari bibirnya sehingga
mulut bibir Melyana terlihat
merah-merah karena ciumannya
yang EkerasE itu. "Nah begitu kalo cium
perempuan! Ayo ulang cium lagi!"
Anthony maju mendekati
Melyana dan berhenti sejenak
karena ragu untuk
melakukannya. "Masih belom ngerti!!?? Peluk
pinggangnya, terus tarik
bodynya erat-erat, abis itu
cium tuh bibir sexy! Ayo cepat!"
Anthony melingkarkan tangan
kirinya di pinggang Melyana. Lalu dengan lembut ia menarik
tubuh Melyana mendekat ke
tubuhnya. Payudaranya yang
masih tertutup BH warna krem
itu kini bersentuhan dengan
dadanya yang bidang. Kemudian ia mencium bibir Melyana
dengan lembut sekali.
Semenit hampir berlalu, namun
Narto berkata, "Huuuu, payah!
Ngga hot! Goblok nih! Kenapa sih
lu? "mpoten atau homo sih? Coba,O Melyana elu buka rok
elu. Siapa tau si Anthony bisa
lebih terangsang, kali?"
"Ha?" Melyana bingung tak
percaya dengan apa yang baru
saja didengarnya. "Ayo cepat, lepas rok elu!"
Karena takut, Melyana
melepaskan rok seragam dari
katun itu.
"Nah, sekarang ulang EadeganE
tadi! Dan gue mau liat adegan yang HOT!"
Semua gerakan tadi diulang lagi
oleh Anthony persis sama. Tapi
kali ini bedanya pada saat
tangannya menarik tubuh
Melyana merapat ke tubuhnya, penisnya menempel pada paha
Melyana yang kini tidak terlapisi
kain rok. Kulit paha Melyana
begitu halus menggesek
penisnya.
Hanya setelah kira-kira 10 detik Anthony mencium bibir
Melyana, penisnya mulai
setengah membesar. Melyana
pun merasakan perubahan
besar dan kerasnya penis
Anthony yang menekan pahanya.
Melyana mengatur tubuhnya
agar penis Anthony tidak
bersentuhan dengan pahanya.
Namun usahanya sia-sia. Bahkan
semakin Melyana berusaha, semakin Anthony merasakan
penisnya berdenyut-denyut.
Melyana merasa semakin risih.
Bukan hanya karena penis
Anthony yang setengah
mengeras yang menekan pahanya, namun ciuman
Anthony terasa semakin
mendalam dan gairah yang
terkandung dalam ciuman
tersebut semakin meningkat.
Wajah dan leher Melyana terasa panas.
"Ahaaa!! Kan udah gue bilang,
lelaki mana yang bisa tahan
sama sex?" seru Narto.
Kata-kata itu menghentikan
semua yang Anthony lakukan saat itu, meninggalkan Melyana
dengan nafas yang tak
beraturan.
"Sekarang elu ngaku kan kalo
elu suka Melyana?!"
"ErhhhO," Anthony ragu-ragu memilih jawaban yang tepat.
Matanya tidak berani
memandang kami semua.
"Ayo cepat! Ngaku aja!"
Masih tak ada jawaban.
"Jangan liatin tanah melulu!! Ayo liatin si Melyana yang sexy ini!"
Mata Anthony bergeser ke
tempat Melyana berdiri, lalu
pandangannya bergerak naik
dari kaki, ke pahanya yang
mulus, pinggul lalu ke payudaranya.
"Gimana sekarang? Oooh
mungkin elu lupa sama
pertanyaannya ye? OK gue
ulang: Elu suka sama Melyana
ga?" "Mmmm, biasa sajaO" akhirnya
Anthony menjawab.
"Hohoho! Ayo jawab sekali lagi,
tapi kali ini elu musti jawab itu
sambil pandangin si Melyana."
"Saya suka Melyana sebagai teman biasa," jawabnya sekali
lagi.
"Hey hey hey! Markus, liat ga
****** si Anthony sekarang
semakin membesar?"
Memang benar seperti yang dikatakan pria tersebut, tanpa
berhenti berdenyut-denyut,
penis Anthony semakin
membesar sejak berhenti
berciuman dengan Melyana. Aku
dan Melyana termasuk Anthony pun menyadarinya
"Masa elu percaya kalo si
Anthony ga nafsu sama cewe
elu, Kus? Cuma ngeliatin body
sexynya aja udah bikin die
ereksi!" Jangankan Anthony, penisku
sendiri juga mulai membesar
(walau tidak sebesar penis
Anthony). Menjadi terangsang
setelah berciuman dengan
seorang perempuan cantik dalam kondisi telanjang bulat
sebenarnya membuktikan
bahwa ia masih laki-laki normal.
Aku memaklumi keadaan
Anthony saat ini. Jika aku
berada dalam posisinya pasti tubuhku juga akan memberi
respon yang sama.
Tanpa sadar Melyana terus
menerus memandangi penis
Anthony yang sudah membesar
dan terus berdenyut. Tiba-tiba ia tersadar bahwa orang lain
dalam ruangan itu mungkin
mendapatinya sedang
memandangi kelamin seorang
lelaki. Secepat gerak refleks ia
mengalihkan pandangannya ke tempat lain. "a mengarahkan
pandangannya ke wajah
Anthony. Dan mereka bertemu
pandang.
Anthony malu sekali mendapati
kami semua melihat dirinya terangsang seperti itu. Anthony
yang melihat wajah Melyana
yang bersemu merah menjadi
semakin salah tingkah. Akhirnya
Melyana memalingkan wajahnya
ke bawah memandangi lantai yang gelap.
"Naaaahh, O sekarang gantian.
Pertanyaannya kita kasih ke
Melyana. Melyana, apakah elu
suka Anthony?"
Melyana tersentak kaget. Melyana pernah mengaku
kepadaku kalau ia pernah
naksir Anthony. Memang kadang
aku merasa Anthony lebih
ganteng dariku. Saat itu
Melyana masih duduk di bangku SMP dan kini ia sudah
berpacaran denganku selama
lebih dari satu tahun.
Seharusnya ia menjawab tidak.
"Mmm saya pernah suka. Tapi
itu dulu. Sekarang saya cuma menganggap dia teman biasa."
"Wah wah wah, emang payah
anak-anak sekarang. Susah
diajak berterus terang. Jelas-
jelas si Anthony keren, ganteng.
Apa lagi yang kurang?" ejek Narto.
"Dulu elu pernah suka die ye?
Elu yakin sekarang udah ga
suka lagi sama die?" tambahnya
lagi.
"YaaahhhO, suka sebagai teman sih iya," jawab Melyana sedikit
bimbang.
"Kalo suka secara sexual?"
Untuk sesaat Melyana tidak
menjawab. Dan akhirnya ia
menjawab, "Tidak." Narto cuma mencibir dan
berdiam. Suasana begitu
tegang. Lalu ia mengambil
gunting di salah satu meja dan
mendatangi Melyana. Kemudian
dengan cepat ia menggunting celana dalam Melyana di sisi kiri
dan kanan. Dari depan ia
menarik celana dalam yang
telah digunting itu sehingga
terlepas dari tubuh Melyana.
Kini tubuhnya telanjang dan yang tertinggal di tubuh
Melyana hanyalah BH yang
menutupi buah dadanya.
Melyana serta merta menutupi
kemaluannya yang ditumbuhi
bulu-bulu halus itu dengan kedua tangannya. Tapi karena
lagi-lagi Narto memberi isyarat
agar Melyana tidak melakukan
hal tersebut, ia
membatalkannya.
"Anthony, peluk Melyana. Cepat!!!"
Mendengar seruan Narto,
Anthony dengan segera
menghampiri Melyana dan
memeluknya dengan setengah
hati. Penis Anthony yang masih mengeras menekan perut
bagian bawah Melyana.
"Markus, elu bantu Anthony
supaya kontolnya bisa berada
diantara memek cewe elu."
Aku sama sekali tidak percaya akan apa yang baru kudengar.
Aku hanya terdiam tidak dapat
bergerak.
"Gue cuma ulang perintah gue
sekali lagi dan kalo elu masih ga
kerjain perintah gue,O elu tau siapa yang pegang pistol kan ?"
"Ayo, bantu Anthony supaya
kontolnya bisa berada di antara
memek Melyana!"
Aku menghampiri mereka
berdua yang sedang berpelukan dan berdiri di samping mereka.
Aku meraih penis Anthony dan
kupegang batang kemaluannya
yang sudah sangat mengeras.
Aneh rasanya memegang
kemaluan laki-laki lain yang sedang ereksi. "ni yang pertama
kali bagiku. Terlebih lagi ini
dilakukan dihadapan pacarku.
Kemudian penis Anthony
kutekan ke bawah agar masuk
di antara selangkangan pacarku. Tidak ada satupun dari
kami yang berani saling
berpandangan. Dan kini penis
Anthony mengacung tegak di
antara selangkangan pacarku.
"Melyana, renggangin kaki elu sedikit."
Melyana menurut dan
melakukan seperti yang
diperintahkan. Begitu kakinya
direnggangkan, Melyana seakan
tersentak. Matanya membelalak dengan raut muka yang
terkejut. Aku tidak tahu apa
yang menyebabkan ia
terperanjat seperti itu.
"Hahahaha! Kaget ye? "tu
artinya si Anthony nafsu sama elu. Kontolnya pasti berdenyut
minta masuk di depan mulut
memek elu, kan ? Gimana? Enak
ga?"
Melyana semakin resah. Raut
wajahnya seperti orang yang sedang mencari jawaban untuk
pertanyaan yang
membingungkan. Nafas Anthony
menjadi kian tak teratur dan ia
berusaha keras agar tidak
berereksi. Namun usahanya tidak menemui hasil.
Hampir lima menit berlalu
sebelum Narto memberi
perintah kepadaku, "Markus,
elu coba cek memek cewe elu.
Masih kering ato udahO ha ha ha ha!"
Beberapa detik aku terdiam.
Lagi-lagi ia membentak supaya
aku melakukan apa yang
diperintahkannya. Akhirnya dari
arah belakang aku mengulurkan tangan kananku dan
kuselusupkan ke antara paha
Melyana. Melyana memejamkan
matanya dan menarik nafas
dalam-dalam melalui mulutnya.
Aku yakin sekali bahwa pacarku sangat malu saat itu. Belum
pernah kewanitaannya disentuh
oleh pria mana pun, termasuk
olehku. Oleh karena itu aku
berusaha melakukannya
selembut mungkin. Begitu jari- jariku menyentuh sedikit bagian
bibir vaginanya aku berniat
untuk menarik tanganku. Namun
rasa ingin tahu menguasai diriku
sehingga aku meraba-raba
sepanjang bibir vaginanya. Betapa leganya aku begitu
mendapati vagina Melyana tidak
basah. "a sama sekali tidak
terpengaruh oleh semuanya ini.
Lalu aku memberi tahu hal
tersebut kepada Narto. Narto tampak marah. "Nggak
mungkin!!! Mana? Coba liat
tangan elu!!"
"a meraih tanganku dengan
kasar lalu memperhatikan jari-
jariku. Kering. "Coba gue cek sendiri! Awas
kalo elu bohong."
Narto merogoh dengan kasar
kemaluan Melyana. Dengan
masih memejamkan matanya,
Melyana menggigit bibir bawahnya sambil menahan
nafas. Raut wajah Melyana
seperti sedang menahan sakit.
Setelah beberapa saat
tangannya merogoh-rogoh
kemaluan Melyana, Narto tidak mendapatinya basah. Karena itu
ia tampak semakin marah. Serta
merta ia menggunting BH
Melyana dan menariknya sampai
terlepas dari tubuh Melyana.
Melyana terbelalak dan terdiam. Mulutnya terkatup rapat
karena kaget dan takut yang
dirasakannya. "a merasa
tenggorokannya kering sekali.
Kini payudara Melyana
bersentuhan langsung dengan dada Anthony tanpa sehelai
benangpun diantaranya.
Aku tak dapat mempercayai
apa yang kulihat. Pacarku yang
telanjang bulat dipeluk oleh
temanku, Anthony (yang juga telanjang), dengan penisnya
menggesek-gesek vagina
pacarku di depan mataku
sendiri. Aku begitu marah dan
kesal karena tak dapat
berbuat apa-apa atas keadaan ini.
Nafas Anthony semakin berat
dan semakin cepat. Anthony
sangat grogi sehingga ia
memeluk Melyana dengan lebih
erat dan menaruh wajahnya ke samping wajah Melyana dengan
harapan Melyana tidak melihat
wajahnya. Namun ini membuat
keadaan semakin buruk.
Kini Anthony malah semakin
merasakan lembut dan empuknya payudara Melyana
yang tertekan di dadanya.
Melyana sendiri pun mulai grogi
dan salah tingkah.
Nafas Anthony terdengar
begitu jelas bahkan hembusan nafasnya yang hangat terasa di
telinga Melyana. Wajah Melyana
menjadi bertambah merah.
Narto terus memperhatikan
Melyana lalu ia tersenyum,
"Markus,O liat tuh. Cewe elu mulai terangsang. Tuh mukanya
jadi tambah merah."
"tu pasti karena malu, pikirku.
Lalu Narto menyusupkan
tangannya ke antara tubuh
dua insan manusia tersebut untuk meraba payudara
Melyana. Kelihatannya ia ingin
memeriksa apakah puting
payudaranya sudah menegak
dan mengeras.
Jika dilihat dari perubahan air muka Narto, aku menebak ia
mendapati puting Melyana masih
lembek. Hal tersebut semakin
membuatku yakin karena
setelah itu Narto mulai meremas
payudara Melyana secara perlahan namun bertenaga. "a
memaksa agar puting Melyana
mengeras. Sambil terus dipeluk
oleh Anthony, Melyana
memejamkan matanya. Aku
tidak dapat memastikan apa yang dipikirkannya saat itu. Aku
rasa ia sangat ketakutan.
Setelah beberapa kali meremas
dan memilin payudara juga
puting susunya, akhirnya Narto
kembali tersenyum dan berkata, "Markus, sini lu! Coba
elu cek puting cewe elu."
Dengan enggan aku mendekat
lalu menyusupkan tangan
kananku dan meraba payudara
Melyana. Tanpa kesulitan sedikitpun aku dapat
menemukan putingnya yang
sudah menegak dan SANGAT
keras.
Begitu malu tubuhnya didapati
merespon terhadap jamahan Narto, Melyana tidak berani
menatap wajahku. Semakin
kupegang, puting itu semakin
mengeras. Anthony tidak berani
memandang kami berdua
karena ia dapat merasakan puting Melyana seperti
menancap pada dadanya.
Rupanya birahi Melyana mulai
terpengaruh oleh semuanya ini.
Nafasnya mulai memberat dan
bertambah cepat. Pipi dan bagian lehernya mulai memerah
karena darah mengalir cepat ke
seluruh tubuhnya terutama ke
bagian-bagian erotisnya seperti
payudara dan kemaluannya.
Aku tidak dapat menyalahkannya, namun aku
tidak percaya pacarku akan
jatuh secepat ini.
"Udah, elu jangan keenakan
pegang-pegang puting cewe elu.
Kaya belom pernah pegang aje lu!" bentak Narto.
Aku menarik tanganku dengan
gugup. Melihat gelagatku yang
agak tidak wajar, Narto merasa
curiga.
"Eh?! Bener ye elu belom pernah pegang tetek cewe elu?
BerartiO berarti elu juga ga
pernah pegang memeknya
dong?" Narto bertanya dengan
tampang yang riang.
"Hahahahaha!! Berarti elu kudu berterima kasih sama gue yang
udah kasih elu kesempatan
untuk pegang tadi,"
sambungnya lagi.
"HmO tunggu dulu," wajah Narto
tiba-tiba berubah menjadi serius, "berarti elu belom
pernah ngentotin cewe elu
dong?? Jangan-jangan elu
masih perawan, Melyana??!!"
lanjut Narto dengan lebih
bersemangat. Kami berdua hanya menunduk
tidak memberi jawaban.
"Woy!! Kalo ditanya jawab,
bego!" bentaknya kepada
Melyana.
"I-iya, Pak," jawab Melyana dengan gugup.
"Apanya yang iya?!!" bentaknya
lagi.
"IyaO saya masih perawan,"
jawab Melyana perlahan.
"Hebat, hebat, hebat! Bisa juga elu nahan nafsu elu ye!"
Narto diam dan berdiri sambil
memandangi Melyana dengan
pandangan kagum lalu berkata
kepada Anthony, "Gue mau
kasih hadiah buat elu nih, Ton!" katanya sambil menepuk
pundak Anthony.
"Hari ini elu gue kasih
kesempatan untuk melahap
keperawanan cewe temen elu
ini. Gimana? Asik kan ?" serunya dengan bersemangat.
Tidak seorang pun di antara
kami yang tidak terkejut
mendengar kata-kata itu.
Terutama aku dan Melyana.
Selama 4 tahun pacaran aku menunggu untuk diperbolehkan
mencumbunya seperti menjamah
buah dadanya atau bahkan
kemaluannya. Aku tidak berani
berharap untuk diberi ijin
bersetubuh dengannya. Selama ini aku hanya diberi ijin untuk
mencium bibirnya. Tanganku
hanya diberi ijin untuk meremas
jemarinya saja. Aku juga belum
pernah melihat tubuhnya hanya
mengenakan pakaian dalamnya apalagi sampai telanjang bulat.
"ronisnya kini berdiri
dihadapanku Anthony yang
bertelanjang bulat sambil
memeluk pacarku yang juga
bertelanjang bulat. Penisnya bergesekan dengan vagina
pacarku. Puting dan payudara
Melyana menempel pada
dadanya. Dan kini Anthony
diberi ijin untuk menyetubuhi
pacarku. Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi, pikirku.
"Ayo cepat dilaksanakan!"
serunya untuk mengingatkan
Anthony agar merenggut
keperawanan Melyana.
Tubuh Anthony tidak bergerak sama sekali selain gerakan naik
turun pada dadanya
mengimbangi nafasnya yang
berat dan tidak teratur.
Penisnya berdenyut-denyut di
antara paha pacarku. "ni menunjukkan bahwa birahi
Anthony sudah sangat tinggi.
Melyana mulai gelisah dalam
pelukan Anthony. Rupanya
kepala penis Anthony sedikit
demi sedikit mulai memaksa menyeruak masuk liang
kewanitaannya. Narto berputar
ke belakang Melyana kemudian
berjongkok dihadapan
pantatnya. Kemudian ia
memasukkan kedua tangannya untuk EmemeriksaE
selangkangan Melyana.
Beruntunglah vagina Melyana
tidak basah. Sedikit cairan yang
ada di mulut vaginanya itu tak
lain berasal dari ujung penis Anthony yang mengeluarkan
lendir pelumas.
Dengan tangan kirinya Narto
meraih penis Anthony yang
sudah sangat keras dan tegang
itu, sedangkan tangan kanannya mengusap-usap bibir
vagina Melyana.
Diusap-usap kemaluannya dalam
kondisi seperti itu membuat
Melyana merasa tidak nyaman
sehingga ia sering beringsut dari posisi berdirinya itu.
Bahkan beberapa kali ketika
Narto memilin klitorisnya, ia
terlonjak sehingga badannya
seperti hendak terjatuh ke
depan yang membuat payudaranya terhimpit kuat ke
dada bidang Anthony.
Beberapa menit kemudian,
tangan kiri Narto terlihat mulai
bergerak-gerak. Narto
menggesek-gesekkan kepala penis Anthony di sepanjang bibir
kemaluan Melyana. Erangan
penuh nikmat sesekali keluar
dari mulut Anthony. Sedangkan
dada Melyana sudah kembang
kempis menahan gejolak dalam tubuhnya.
Tak lama setelah itu Narto
beranjak dari tempat itu lalu
menghampiriku. "a mengusap
jari-jari tangan kanannya ke
wajahku dan meninggalkan diriku berdiri terpaku. Aku
merasakan pipi kiriku basah
oleh lendir dan tercium sedikit
aroma cairan wanita olehku.
Sekilas aku melihat jari-jari
Narto sangat basah sehingga terlihat berkilat dari kejauhan.
Akhirnya pacarku benar-benar
sudah terangsang, pikirku. Apa
yang akan terjadi berikutnya,
batinku lagi.
Setelah itu, tanpa sadar Anthony mulai menggerak-
gerakkan tubuh bagian
bawahnya sedemikian sehingga
kepala penisnya menggesek-
gesek mulut bibir vagina
Melyana yang sudah semakin basah itu.
"(OhhhO) AnthonyO, elu lagi
ngapainhh??!!!" protes Melyana
panik dengan suara setengah
berbisik.
Aku juga tidak habis pikir dengan apa yang diperbuat
Anthony terhadap pacarku.
"Apa yang hendak
dilakukannya?" pikirku lagi.
Anthony tidak menjawab
Melyana. Sebaliknya ia bertambah gencar menggerak-
gerakkan pinggulnya berusaha
agar penisnya dapat masuk ke
dalam tubuh Melyana. Anthony
seperti tidak dapat menguasai
dirinya sendiri. Berdekapan dalam posisi yang erotis dengan
pacarku seperti ini membuatnya
hilang akal dan dikuasai oleh
setan birahi.
"Hahahahaha! Bagus, Ton! Ayo
terusin! Buat si Melyana mengemis minta dientot!!
Hahaha!!" Narto tertawa sambil
memberi semangat.
Melyana semakin gelisah,
"Anthony, (OhhhO) janganh
Anthony!" Alih-alih menjawabnya, Anthony
tiba-tiba memagut bibir Melyana
dan mengulumnya dengan liar.
Melyana dibuatnya gelagapan.
Sementara itu, penis Anthony
bergerak sedemikian rupa bak ular kepanasan yang mencari-
cari jalan masuk ke lubangnya.
Melihat hal ini aku tidak dapat
menahan emosiku lagi. Langsung
saja aku berlari menghampiri
Anthony. Baru saja meraih bahunya, tiba-tiba aku merasa
benda keras menghantam
kepalaku. Kepalaku serasa
berputar lalu aku roboh.
Pada saat tersadar, aku
mendapati Narto sedang mengikat kaki kananku ke kursi
dengan tali. Kepalaku masih
berputar dan pandanganku
sedikit kabur. Badan beserta
kedua kaki tanganku diikat
dengan erat ke kursi. Ketika pandanganku berangsur-
angsur kembali jelas,
pendengaranku diusik oleh
jeritan Melyana.
"Tidakkkk!!! Jangan Anthony!
JanganO" Mereka berdua sudah berbaring
di lantai dengan Anthony
menindihnya. Kedua tangan
Anthony menahan tangan
Melyana agar tidak melakukan
perlawanan. Anthony sedang berusaha
keras untuk memperkosa
pacarku dan aku tidak dapat
berbuat apa-apa. Kedua kaki
Melyana terus menerus
ditendang-tendangkannya sehingga menghalangi usaha
Anthony tersebut. Namun hal
itu tidak bertahan lama karena
Narto datang membantu
dengan menahan kedua kaki
Melyana. Setelah mendapat kesempatan,
Anthony segera mengarahkan
penisnya ke mulut bibir vagina
Melyana yang mengkilap karena
basah oleh cairan sexnya.
Lalu dengan satu gerakan perlahan namun bertenaga,
Anthony menghujamkan
penisnya masuk ke dalam liang
keperawanan Melyana.
"AAAAAARGHHHHO!" Melyana
berteriak kesakitan. Nafas Melyana menjadi sangat
cepat dan terputus-putus.
Wajahnya masih meringis
kesakitan. Kemaluannya
menitikkan darah segar tanda
keperawanannya telah habis direnggut oleh Anthony.
"T"DAAAAAK!!!" aku berteriak
dari tempat dudukku.
Namun mulutku tersumpal oleh
kain sehingga yang terdengar
hanyalah teriakan tanpa arti di telinga mereka. Melihat
semuanya itu hatiku menjadi
pilu seperti teriris-iris.
Walau sudah begitu banyak
cairan yang keluar dari
vaginanya untuk melumasi penis Anthony namun tetap saja ia
merasa kesakitan pada saat
penis Anthony yang besar itu
menggesek dinding vaginanya
yang masih perawan.
Anthony tidak menggerakkan tubuhnya selama hampir
setengah menit. "a hanya
terbaring menindih tubuh
Melyana yang terengah-engah
menahan sakit.
Vagina adalah bagian tubuh yang sangat fleksibel sehingga
dapat membesar menyesuaikan
diri dengan penis yang masuk.
Vagina Melyana secara perlahan
mengakomodasi besarnya penis
Anthony. Lama kelamaan rasa sakit itu hilang.
Melyana merasakan penis
Anthony berdenyut-denyut di
dalam liang kewanitaannya.
Rasa sakit yang hilang dengan
cepat berganti dengan rasa nikmat. Tangan dan kakinya
tidak lagi meronta-ronta.
Melyana segera mengingatkan
tubuhnya untuk tidak
mengkhianati dirinya dengan
menikmati semuanya ini. Namun sayang ia terlambat.
Anthony mulai menggoyang
pinggulnya dengan gerakan-
gerakan kecil sehingga penisnya
terasa seperti bergetar-getar
dengan kecepatan lambat di dalam vagina Melyana.
Melyana memandang diriku yang
tak berdaya sambil memelas,
"(OhhhO) Markus, tolong (O
hhhO) gue, KusO"
Aku tidak dapat berbuat apa- apa selain duduk dan melihat
semuanya ini terjadi di depan
mataku.
Goyangan pinggul Anthony mulai
diperbesar sehingga penisnya
bergerak seakan hendak keluar sepenuhnya dari bibir kemaluan
Melyana namun setelah itu
dihujamkannya kembali masuk.
Tiap hujaman semakin
mendalam.
Melyana melenguh panjang tiap kali Anthony menghujamkan
penis besarnya ke dalam
tubuhnya. Dengan menggunakan
tangan kirinya, Anthony
meremas-remas payudara
Melyana. Sedang tangan kanannya diselusupkan ke
selangkangannya dan
mengusap-usap klitoris Melyana.
Suara lenguhan Melyana lama
kelamaan terdengar berubah
menjadi suara rintihan dan erangan. Aku tidak merasakan
adanya kesakitan dalam
rintihan dan erangannya
tersebut melainkan kenikmatan.
Namun pada kenyataannya, di
sela-sela erangan dan rintihannya, Melyana terus
memelas agar Anthony
menghentikan perbuatannya
itu.
"(OhhhO) AnthonyO, (OmhhhO)
stophhO (OohhhhO) Janganhh AnthonyO (OaahhhO)" suara
Melyana sudah berubah menjadi
bisikan lirih.
Protes yang keluar dari mulut
Melyana terkesan diucapkannya
dengan setengah hati. Bahkan aku pun dapat melihat
kenikmatan yang terselubung
dalam raut wajah Melyana. Aku
tak dapat mempercayai akan
apa yang kulihat dengan mata
kepalaku sendiri. Pacarku sedang diperkosa dan ia
menikmati tiap detiknya.
Pernah suatu waktu, aku dan
Melyana menonton sebuah film
mandarin. Di dalam film itu
seorang wanita diperkosa oleh 2 orang pria. Namun di saat-
saat akhir pemerkosaannya,
wanita tersebut malah menjadi
sangat terangsang. Melyana
mencemooh adegan tersebut
dengan mengatakan bahwa tidak mungkin seorang wanita
berlaku seperti di film itu.
Melyana seakan dipaksa untuk
menjilat ludahnya sendiri. "a
berusaha sangat keras untuk
tidak menikmati tiap hentakan pinggul Anthony. "a mencoba
memikirkan hal-hal yang tidak
membangkitkan nafsunya
namun tetap saja gesekan demi
gesekan membuatnya semakin
masuk ke dalam jurang kenikmatan.
Terlebih pada saat Anthony
mulai menghisap puting susunya
seperti bayi yang menyedot
sari-sari kewanitaan dari dalam
dirinya, Melyana mulai lepas kontrol. "a meletakkan kedua
tangannya di bahu Anthony
tanpa melakukan perlawanan.
Namun tetap saja dari mulutnya
keluar kata-kata itu.
"(OmhhhO) Jangan AnthonyO (O ohhO) aku tidak mauO (OshhhO)"
Narto menghampiriku dan
berkata, "Gile! Cewe elu perlu
dikasih servis tingkat tinggi tuh.
Die tipe cewe yang ga doyan
sex. "stilah bekennya frigid. Lu tau ga?"
"Udah dikasih full servis kaya
gitu aja die masih bisa nolak.
Dasar cewe! Laen di mulut, laen
di hati," lanjutnya lagi.
Aku tidak dapat berbuat apa- apa melihat kejadian ini. Air
mata mulai mengalir dari
mataku. Sedih hatiku melihat
pacarku dipaksa untuk
menikmati sex yang tidak
diinginkannya. Pikiran manusia lebih sering kalah dengan
keinginan tubuhnya. "ni yang
terjadi pada pacarku.
Anthony mempercepat dan
memperkuat genjotannya.
Untuk menahan serangan ini, Melyana memejamkan matanya
kuat-kuat dan menggigit bibir
bawahnya. Pikirannya berusaha
terus untuk melawan nafsu
birahi dalam dirinya yang sudah
terdorong melampaui batas normalnya.
Tiga kocokan setelah itu,
seluruh tubuh Anthony
mengejang-ngejang lalu ia
mengeluarkan erangan seperti
suara hewan menggeram. Beberapa detik kemudian tubuh
Anthony terkulai lemas menindih
tubuh pacarku.
Aku tahu benar apa yang baru
saja terjadi. Anthony sudah
mencapai klimaks. "a berorgasme. Berjuta-juta
sperma panas sudah
dimuncratkannya ke dalam liang
surga pacarku. Anthony baru
saja menanamkan benihnya ke
dalam rahim pacarku. Melyana masih memejamkan
matanya namun kali ini terlihat
raut wajah yang jauh lebih
rileks. Seluruh tubuhnya
berkeringat. Dadanya naik
turun seperti kehabisan nafas. Mulutnya terbuka untuk
membantunya menghisap udara
sebanyak-banyaknya.
Di keheningan sesaat itu
terdengar bisikan Anthony di
telinga Melyana, "Sorry ya, MelO Gue udah ga tahanO"
Melyana tidak menjawab apa-
apa. "a masih saja terengah-
engah dan berkeringat.
Anthony tidak mengeluarkan
penisnya yang sudah mulai mengecil dari dalam vagina
Melyana. Sekitar 2 menit
mereka tergeletak bertindihan
di lantai tanpa melakukan apa-
apa.
Tanpa kusadari, Narto sudah melepaskan seluruh pakaiannya.
Penisnya berwarna lebih gelap
dari penisku dan penis Anthony.
Dan menurut perkiraanku,
panjangnya tidak berbeda
dengan panjang penisku namun diameternya jauh lebih besar
dari penis kami berdua.
"a menghampiri Anthony dan
menariknya hingga kemaluannya
tercabut dari dalam vagina
Melyana. Dari dalam vaginanya meleleh keluar cairan sperma
bercampur dengan cairan
miliknya dan sedikit berwarna
merah karena terdapat juga
darah keperawanan yang sudah
direnggut oleh Anthony. Anthony yang sudah tidak
bertenaga tergeletak di lantai
tak berdaya setelah
dicampakkan oleh Narto. Narto
meraih payudara Melyana dan
mulai bekerja pada kedua bukit lembut itu.
Melyana yang masih terpejam
terkejut tiba-tiba kedua
dadanya diremas-remas. "a
membuka matanya dan
bertambah keterkejutannya karena mendapati Narto
dengan keadaan telanjang bulat
sudah berada di atasnya sambil
memain-mainkan buah dadanya.
Birahi Melyana masih tinggi
karena Anthony lebih dahulu mencapai puncak. Namun kali ini
seperti sudah mendapat
kekuatan baru, Melyana
melakukan perlawanan. "a
memukuli dada Narto. Kedua
kakinya pun ikut meronta- ronta dengan liar.
Merasa kewalahan atas
perlawanan Melyana tersebut,
Narto tiba-tiba mengibaskan
tangan kanannya dengan
sekuat tenaga. PLAK!!
Mereka berdua terdiam. Pipi
kanan Melyana memerah
karena baru saja punggung
tangan Narto menghantamnya.
Dari ujung bibirnya keluar sedikit darah segar.
"Diam!!! Jangan bergerak!"
bentaknya dengan galak.
Narto bangkit berdiri dan sambil
bergumam kesal ia menghampiri
aku. Ditariknya kursi tempat aku diikat mendekati Melyana
yang terbaring tanpa busana
sedikit pun.
Tanpa kuduga, Narto meraih
ikat pinggangku lalu
membukanya. Setelah itu ia membuka celanaku sampai
penisku dapat dikeluarkannya
dengan mudah.
Apa yang dilakukan Narto
berikutnya, jauh membuatku
lebih terkejut lagi. Dengan perlahan ia mulai mengocok
penisku yang sudah setengah
berdiri. Gilanya, semakin dikocok
kemaluanku semakin keras dan
tegang.
Anthony yang sudah agak pulih kekuatannya, duduk dan
terbelalak melihat pemandangan
menjijikkan itu. Aku sedang
dimasturbasi oleh Narto di
depan pacarku dan dirinya.
Jantungku berdegup kencang. Kepala dan wajahku semakin
panas. Nafasku mulai tidak
teratur. Dari ujung penisku
keluar cairan bening sebagai
tanda rangsangan yang
kuterima mulai menguasai tubuhku.
"Nah,O sekarang kita coba yang
satu ini," kata Narto setelah
meninggalkanku.
Narto menghampiri Melyana
yang masih terbujur lemas tak berdaya. "a menyuruh pacarku
untuk menghampiri aku.
Dengan sisa kekuatan yang
ada, Melyana menghampiri aku.
Penisku berdenyut-denyut
seperti kegirangan pada saat pandangan matanya menghujani
kemaluanku.
"Jongkok! Terus, hisap ******
cowo elu!" seru Narto.
Melyana tidak bergeming.
Namun setelah beberapa saat, ia berjongkok di antara kedua
kakiku dan mulai mendekatkan
wajahnya ke penisku.
Pada saat bibirnya yang hangat
itu menyentuh kepala penisku,
kepalaku langsung berputar- putar. Darah dalam diriku sudah
mendidih dan mengalir deras di
kemaluanku yang berubah
warnanya menjadi lebih gelap.
Dengan gerakan yang sangat
amat lembut, Melyana mendorong kepala penisku
sedikit demi sedikit masuk ke
dalam mulutnya.
Aku tidak tahu kalau pacarku
dapat melakukannya sehebat
ini. Setahuku aku adalah pacarnya yang pertama selama
ini. Dan jika mengingat norma-
norma yang dipegangnya
selama berpacaran denganku,
aku tidak habis pikir jika ia
pernah melakukannya dengan pria lain selain diriku sebelum ini.
Namun kemahirannya
memainkan penisku dengan
mulut, bibir, dan lidahnya
membuatku bertanya-tanya
dalam hati: dari mana ia tahu cara melakukan ini semua?
Pertanyaan-pertanyaan di
kepalaku langsung lenyap
tatkala Narto menekan kepala
Melyana lalu menarik pinggulnya
ke belakang sehingga Melyana berada dalam posisi seperti
sedang merangkak.
Mulut Melyana masih membalut
penisku ketika Narto mengoles-
oleskan penisnya ke sepanjang
bibir vagina Melyana yang masih basah itu. Sesekali ia
menggesek-gesekkan kepala
penisnya pada klitorisnya.
Hal ini membuat birahi Melyana
kembali menanjak. Mungkin
karena merasa bersalah sudah menjadi terangsang oleh laki-
laki lain, Melyana
menghadiahkan aku servis
hisapan yang tidak ada duanya.
Tiba-tiba penis Narto
menerobos masuk ke dalam liang peranakan pacarku.
Bersamaan dengan itu, Melyana
membelalak dan
menghembuskan nafas dari
hidung dan mulutnya karena
kaget. Kemudian Narto mengocok
penisnya di dalam vagina
pacarku yang sudah becek
karena cairan cintanya yang
bercampur dengan sperma
Anthony yang masih tersisa. Kocokannya semakin lama
semakin cepat. Lalu dengan
segera dilambatkannya lagi. Hal
ini diulang-ulang terus hingga
membuat Melyana seperti hilang
kesadarannya. "a tidak dapat menguasai tubuhnya yang
sudah di bawah pengaruh birahi.
Selama ini ia tidak pernah
memberikan dirinya untuk
EdipakaiE olehku, namun hari ini
tubuhnya dipakai oleh Anthony dan Narto untuk kepuasan sex
mereka. "a pasti merasa sangat
bersalah dan menyesal. Selama
ini aku sebagai pacarnya tidak
pernah mengecap kenikmatan
sexual dari tubuhnya namun hari ini 2 laki-laki lain menikmati
sex bersamanya. Ya, benar:
BERSAMA-nya.
Semua pertahanan Melyana
seakan sudah runtuh. "a seperti
bertekad ingin memuaskan sepenuhnya nafsu birahiku yang
semakin naik itu. Dengan penis
pacarnya dimulutnya dan penis
laki-laki lain mengocok
vaginanya, membuat birahinya
semakin menuju puncak. Tiba-tiba tanpa adanya tanda
sedikitpun, Melyana melepaskan
mulutnya dari penisku. Lalu
tubuhnya bergetar cepat dan
kejang-kejang seperti
tersengat listrik. Bola matanya berputar ke atas. Dari mulutnya
keluar suara menderit yang
tertahan dan dahinya berkerut.
"a terlihat seperti kesakitan.
Kedua tangannya mencengkram
pahaku dengan erat. "Oh! Bagus! Ayo rasain! Rasain
tiap ledakan dalam badan elu!
Enak kan ? Ayo terus!" seru
Narto dengan lebih
bersemangat menghujamkan
penisnya ke dalam tubuh pacarku.
Menurut perkiraanku, Melyana
sedang berorgasme.
Orgasmenya memakan waktu
yang cukup lama menurutku.
Hampir mencapai setengah menit. Selama itu tubuhnya
bergetar dengan cepat dengan
ritme yang tidak menentu.
Sudah pasti Narto tahu bahwa
Melyana sedang menggapai
klimaks. Aku tahu (dan berharap benar)
bahwa ini adalah orgasmenya
yang pertama kali sepanjang
hidupnya. Sebab selama ini ia
hanya bersama denganku.
Narto menyuruh Melyana untuk terus mengulum penisku yang
semakin tegang dan keras
seperti logam itu. Bagaimana
tidak, seorang perempuan yang
sedang berorgasme adalah
pemandangan yang sangat merangsang. Apalagi jika
perempuan itu tak lain adalah
pacar sendiri.
Melyana semakin ahli dalam
memilin dan membalut penisku
dengan lidahnya. Aku pun merasakan sudah hampir
mencapai puncak. Oh, tidak
pernah aku merasakan
kenikmatan sex yang seperti ini.
Narto masih terus menggenjot
pinggulnya dengan kecepatan tetap. Tangan-tangannya mulai
bergerilya di tubuh pacarku.
Tangan kirinya meraih salah
satu payudara dan tangan
kanannya memilin klitoris
Melyana. Erangan-erangan kenikmatan
keluar dari mulutnya yang
masih dipenuhi oleh penisku. Aku
belum pernah melihat dirinya
terangsang seperti ini. Lirihan
dan erangannya seperti menambahi minyak pada api
birahiku.
Akhirnya pada satu jilatan
panjang, seluruh tubuhku
mengejang. Kemudian sperma
panas dari buah zakarku tersembur dengan tenaga
penuh keluar memenuhi mulut
dan tenggorokan pacarku.
Melyana sampai tersedak dan
kontan ia menarik mulutnya
sehingga sisa semburan sperma itu muncrat mengenai kening
dan mata kanannya.
Dari ujung bibirnya meleleh
cairan putih dan rupanya
sebagian spermaku menyemprot
masuk ke dalam tenggorokannya. Hal ini
membuatnya batuk-batuk
seperti tersedak.
Aku terkulai lemas setelah
muatan sperma dalam diriku
tersedot habis oleh Melyana. Sambil mengumpulkan kembali
tenagaku, aku hanya menonton
pertunjukan sex yang dilakoni
oleh Narto dan pacarku. Aku
baru sadar bahwa selama ini
kami tidak memperhatikan Anthony yang duduk di lantai
tak jauh dari kami. "a hanya
diam dan memperhatikan
pertunjukan itu.
"Huh, payah anak jaman
sekaranghhO Cepet banget keluarnyahhh..hO," kata-kata
itu keluar dari mulut Narto
yang aku tahu ditujukan
kepada diriku.
"Melyana, eluhhhO siap-siap ye
untukhhhO gue kasih servis yang memuaskhanhhhO Akan
gue buktiin kalo cuman guehhhO
yang bisahhO muasinhhhO cewe
frigiddhhhOkaya eluO," katanya
sambil terengah-engah.
Selepas mengucapkan kalimat itu, Narto memegang pantat
Melyana dan tangan kanannya
masih terus memilin-milin klitoris
Melyana yang sudah menegak
itu. Kemudian Narto mengocok
penisnya dengan sangat cepat. Benar-benar cepat dan
bertenaga.
Melyana memejamkan matanya
setengah. Bola matanya sedikit
berputar ke atas. Tangannya
masih ditopangkan di atas pahaku. "a bernafas bukan
melalui hidungnya lagi melainkan
melalui mulutnya yang terbuka
lebar. Suara deru nafasnya
begitu jelas terdengar oleh aku
dan Anthony. Tiba-tiba Melyana berseru,
"Tidaaakkhh!!! (!ahhh!) Aku
tidak mau (!ahhh!) "ni tidak
benar! (!nahhh!)!
Jangannhhh!!!!"
Setelah itu suaranya berubah menjadi teriakan panjang
dengan nada tinggi yang aneh,
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAKHHHH!"
Teriakannya terdengar naik
turun dengan cepat sesuai
dengan gelombang orgasme besar yang datang. Gelombang
demi gelombang besar itu
menghantam tubuhnya yang
bergetar dengan keras dan
cepat. Melyana lebih seperti
orang yang sedang kesurupan saat ini.
Dan oleh kontraksi-kontraksi
yang kuat dari otot-otot
vagina Melyana, Narto pun
sukses mencapai klimaksnya
yang meledak-ledak itu. Bak lahar panas yang keluar
dari gunung meletus, cairan
spermanya membanjiri
permukaan vagina Melyana
yang terus menerus
berkontraksi dengan cepat. Narto harus memegangi tubuh
Melyana agar tidak terjatuh
walau sudah berpegangan pada
kedua pahaku karena lututnya
sudah sangat lemas.
Akhirnya mereka berdua terkulai lemas di lantai. Melyana
tergeletak di dekat kakiku
sedangkan Narto duduk dengan
lemasnya tak jauh dari Melyana.
Suara desah nafas Melyana
masih terdengar dengan jelas. Sesekali tubuhnya masih
bergetar-getar pada saat ia
mengingat kepuasan sex yang
baru saja dirasakannya.
Anthony datang menghampiriku
dan berkata, "Sorry ya, Kus. Gue ga bermaksud berbuat
yang tadi."
Sambil membuka ikatan-ikatan
pada diriku, ia mengatakannya
dengan nada yang tulus dan
jujur. Aku hanya mengangguk pelan.
Created at 2014-11-30 18:04:04
Back to posts
This post has no comments - be the first one!
UNDER MAINTENANCE